Jangan Merasa Aman Dari Siksaan Allah.
اَفَاَمِنُوۡا
مَكۡرَ اللّٰهِ ۚ فَلَا يَاۡمَنُ مَكۡرَ
اللّٰهِ اِلَّا الۡقَوۡمُ الۡخٰسِرُوۡنَ
Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)?
Tidak ada yang merasa aman dari
siksaan Allah selain orang-orang yang rugi. (al’araf ayat 99)
Ayat yang sangat agung dan mulia yang wajib jadi pelajaran bagi seorang mukmin yang beriman kepada Allah, dimana banyak orang yang merasa aman dari azab Allah terhadap dosa dan maksiyat yang ia lakukan sehingan ia merasa tidak akan datang siksaan yang menimpanya, tidak akan ada musibah dengan pebuatan yang ia lakukan itu padahal sebenarnya dengan cara itu Allah menimpakannya azab tampa ia rasakan.
Keadaan seperti ini dinamakan istidraj Diantara contoh-contoh istidraj
adalah :
1.
Kekayaan yang berlimpah meskipun tidak jujur
Seseorang yang diberikan kekayaan yang berlimpah meskipun tidak jujur,
yaitu melalui cara-cara haram, seperti menipu,mencuri,korupsi. Walaupun
hartanya bertambah namun ia tidak pernah merasakan ketenangan batin, justru
semakin lalai dalam beribadah dan semakin bertambah dosa dan maksiyatnya.
2.
Kesehatan yang baik meskipun bergelimang maksiyat.
Seseorang yang bergelimang dengan maksiyat, dosa, berjudi, minuman
keras, berzina, tetapi tetap sehat dan segar bugar, hal ini bentuk istidraj,
dimana Allah menunda hukuman untuknya.
3.
Kesuksesan meskipun melupakan Allah.
Seseorang yang sukses dalam karier atau Pendidikan mungkin sudah sampai
kepada titel guru besar, namun melupakan Allah, ia tidak shalat, tidak puasa
atau meninggalkan kewajiban agama lainnya. Ia merasa semua keberhasilannya
adalah karena usahanya sendiri, tampa menyadari bahwa itu ujian dari Allah.
4.
Popularitas yang membutakan.
Seorang selebritis,
tokoh terkenal yang diberikan pengaruh besar dan dicintai banyak orang, tetapi
ia menggunakan pengaruhnya untuk hal-hal yang tidak baik, seperti mempromosikan
gaya hidup yang bertentangan dengan ajaran agama.
Syaikh Abdurrahman Sa’di dalam menafsirkan ayat diatas
dan memberikan kesimpulan bahwa.
Ayat diatas didalamnya terdapat pelajaran yaitu
hendaknya seorang mukmin merasa takut yang dalam bahwa seorang hamba tidak
pantas baginya merasa aman dengan keimanan yang ia miliki, hendaknya selalu khawatir akan keimanannya yang akan diuji
yang menyebabkan hilangnya imannya dan selalu berdoa kepada Allah :
يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ
ثَبِّت قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
Ya. Allah yang membolak-balikkan hati,
kokohkan hatiku diatas agamamu.
Dan selalu berusaha
agar terhindar dari setiap sebab yang mengantarkan ia kepada setiap fitnah yang
akan menimpanya, karena seorang hamba meskipun ia sampai ke puncak penghambaan
dirinya kepada Allah, maka dipastikan ia tidak akan selamat dari fitnah
tersebut.(lihat tafsir taisir karimirrahman)
Betapa banyak orang yang dianggap shaleh, berilmu namun ketika ia tidak khawatir terhadap keselamatan dirinya, ia menganggap dirinya bersih tidak akan terjerumus akhirnya ia jatuh kelembah maksiat tergoda dengan wanita akhirnya berzina, aau melakukan tindakan cabul.
Betapa banyak orang yang hijrah dari maksiyat kepada keta’atan, dari syirik kepada tauhid, dari riba kepada usaha yang dihalalkan, namun ketika ia merasa aman dari azab Allah akhirnya ia tertipu, ia bangga dan sombong dengan ketaatan yang ia lakukan akhirnya ia dihinggapi penyakit ghurur, kibir menganggap remeh orang lain akhirnya orang ini setelah itu jatuh kepada futur yaitu secara berangsur-angsur meninggalkan ketaatan yang telah ia cari selama ini.
Semoga
kita terhindar dari itu semua dan Allah jaga kita dari segala hal yang akan
menjerumuskan kita dan segala hal yang mengantarkan kelembah maksiyat,
kerusakan hati dan kesyirikan. Amin.Ya.Robbal’alamin.